Liga Inggris: MU 4-1 Leicester City
Pelangi4d Football Indonesia -PELANGI4D
GRAFIS PELANGI4D
Foto: PELANGI4D
Manchester United akhirnya lepas dari krisis yang menjerat
mereka dalam beberapa pertandingan terakhir. Menghadapi Leicester City
di Old Trafford,
The Red Devils meraih kemenangan 4-1.
Gol-gol
dalam pertandingan ini dicetak oleh Chris Smalling ('22), Juan Mata
('37), Marcus Rashford ('40), serta Paul Pogba ('42) untuk tuan rumah
dan Demarai Gray ('59) untuk tim tamu. Terkhusus untuk Pogba, gol ini
adalah gol perdananya dalam ajang Liga Primer Inggris usai dibeli dari
Juventus pada bursa transfer musim panas lalu.
MU benar-benar menguasai pertandingan. Mereka unggul dalam hal
penguasaan bola (67%) berbanding 33% milik Leicester). Selain unggul
dalam penguasaan, ada faktor-faktor lain yang membuat mereka begitu
dominan atas Leicester dalam pertandingan Sabtu (24/9/2016) malam.
Aliran Umpan Pendek Kacaukan Pertahanan LeicesterLeicester
City adalah tim yang terkenal dengan pertahanannya yang kokoh. Club
Brugge sudah merasakannya di Liga Champions, kala mereka sulit menembus
pertahanan Leicester yang mengutamakan kerapatan jarak antarpemain serta
dua fullback yang siap sedia turun ketika diserang oleh lawan.
Tampaknya,
Jose Mourinho pun sadar betul akan hal ini. Dalam pertandingan ini ia
sepertinya memerintahkan para pemainnya untuk mengacak-acak daerah
sepertiga lapangan akhir Leicester lewat permainan umpan-umpan pendek.
 Gambar 2 – Grafis umpan sepertiga lapangan akhir Manchester United. Sumber: FourFourTwo Stats Zone
|
Tugas pengaturan aliran umpan-umpan pendek ini ditugaskan kepada dua
pemain, yaitu Pogba dan Juan Mata. Pogba yang ditempatkan sebagai
double pivot
bersama Ander Herrera dan Mata yang diplot sebagai gelandang serang di
belakang penyerang pun mampu menjalankan tugas ini dengan baik.
Pogba
yang berperan sebagai gelandang
box-to-box bahkan mampu beberapa kali
mengirimkan umpan yang cukup baik ke arah pertahanan Leicester. Pemain
yang sempat menerima kritik dari Mou agar segera melupakan label
kebintangannya itu malah menunjukkan sinarnya dalam pertandingan
tersebut. Beberapa umpan Pogba berbuah kesempatan mencetak gol, seperti
umpannya kepada
Zlatan Ibrahimovic pada pertengahan babak pertama.
Sementara
itu Mata berperan sebagai gelandang serang yang sifatnya lebih
mengacak-acak. Meski ditempatkan sebagai gelandang serang, ia tak jarang
turun ke belakang (
utamanya ketika Pogba maju), bergerak ke sayap dan
memberikan ruang kepada Lingard dan Rashford untuk masuk ke dalam
pertahanan Leicester.
 Gambar 3 – Grafis permainan Mata (kiri) dan Pogba (kanan). Sumber: FourFourTwo StatsZone
|
Tercerai berainya pertahanan Leicester dapat terlihat dari gol yang
diciptakan oleh Juan Mata. Pergerakan dinamisnya, disertai dengan kerja
samanya dengan Lingard yang masuk ke dalam pertahanan Leicester membuat
pemain asal Spanyol itu mampu mencetak gol kedua.
Ini pun tak
lepas dari Huth dan Morgan yang terpancing dengan pergerakan Lingard,
serta jarak antara Morgan dan Simpson di kanan yang jauh, serta Amartey
yang tidak mewaspadai pergerakan Mata.
 Gambar
4 – Ilustrasi gol kedua. Akibat tercerai-berainya pertahanan Leicester,
ada ruang yang tercipta di dalam kotak penalti yang mampu dimanfaatkan
Juan Mata
|
Penyerangan Leicester yang Tanpa VariasiBukan
hanya pertahanan yang mampu diacak-acak lewat umpan-umpan pendek,
faktor sulitnya Leicester menyaingi MU dalam pertandingan ini salah
satunya dikarenakan penyerangan mereka yang masih tanpa variasi.
Nama-nama musim lalu semisal
Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan Marc
Albrighton masih jadi tumpuan serangan pasukan Claudio Ranieri.
Tentu
saja ini sudah diketahui oleh MU. Menghentikan mereka pun adalah tugas
yang harus dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan tidak membiarkan
para pemain itu menguasai bola terlalu lama.
Whoscored mencatat
Mahrez menyentuh bola sebanyak 18 kali, Vardy 17 kali, dan Albrighton
38 kali. Ini berarti tiga pemain ini jarang sekali terlibat dalam
penyerangan.
Selain itu, area gerak mereka pun hanya berkutat di
tengah dan di samping, jarang masuk kotak penalti. Ini dikarenakan oleh
penampilan kuartet bek MU (
Valencia,
Bailly,
Smalling, dan
Blind) yang
rapat di belakang dan tidak jarang sudah melakukan tekanan kepada para
penyerang lawan sebelum mereka mencapai kotak penalti.
Inilah
yang membuat Vardy, Mahrez, dan Albrighton sulit untuk berkreasi, hingga
akhirnya mereka hanya bergerak di area tengah dan samping saja.
 Gambar 5 – Area gerak empat bek United (kiri) dan area gerak Vardy, Mahrez, dan Albrighton (kanan). Sumber: whoscored.com
|
Serangan Leicester mulai mengalir ketika tiga pemain tersebut
diganti pada babak kedua. Masuknya Demarai Gray, Andy King, dan Jeffrey
Schlupp membuat permainan Leicester menjadi lebih hidup. Inovasi-inovasi
dalam penyerangan yang dilakukan pun sempat membuat bek-bek MU
kerepotan, sehingga Gray mampu mencuri gol lewat tendangan jarak jauh
pada menit ke-59.
Masuknya Andy King juga membuat lini tengah
Leicester menjadi lebih rapat, dan membuat MU kesulitan untuk kembali
mencetak gol pada babak kedua.
Bagaimana
Wayne Rooney?
Dalam
pertandingan ini sang kapten tidak diturunkan sejak menit awal. Hal
tersebut seakan menegaskan pernyataan Mou di media bahwa "
tidak ada pemain yang dispesialkan" dalam skuatnya.
Namun, pada babak pertama
ketika Rooney belum bermain, permainan MU lebih mengalir dengan
keberadaan Mata di posisi gelandang serang. Kejadian ini mirip dengan
yang terjadi ketika Inggris menang melawan Jerman dalam pertandingan uji
tanding sebelum Piala Eropa 2016. Ketika itu, Inggris menang 2-3 di
Olympiastadion tanpa Rooney di dalam skuat, dan Dele Alli yang mengisi
posisi Rooney.
Dengan moncernya permainan MU ini tanpa sosok
Rooney, tentunya akan menimbulkan pertanyaan, apakah Rooney akan tetap
ada dalam skuat "Setan Merah" untuk pertandingan-pertandingan
berikutnya?